Sabtu, 12 September 2009

Teori Asam Basa

I. Pendahuluan
Asam dan basa adalah dua golongan zat kimia yang sangat penting. Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal berbagai zat yang dapat kita golongkan sebagai asam, misalnya asam cuka, asam sitrun, asam jawa, dan asam belimbing. Demikian juga dengan basa, kita mengenal berbagai zat yang dapat kita golongkan sebagai basa, misalnya kapur sirih, air sabun, air abu, kaustik soda.
II. Teori tentang Asam-Basa
a. Teori asam-basa Arrhenius
Sejak berabad-abad yang lalu, para ilmuan mendefinisikan asam dan basa berdasarkan sifat larutan airnya. Larutan asam mempunyai sifat asam dan bersifat korosif (merusak logam dan berbagai bahan lain, sedangkan larutan basa berasa agak pahit dan bersifat kausatik (licin). Pengertian tersebut masih menyisakan pertanyaan besar. Mengapa asam bersifat demikian?. Mengapa basa bersifat demikian?.
Antoine Laurent Lavoiser, mengemukakan bahwa asam mengandung oksigen. Unsur itu yang dianggap bertanggung jawab atas sifat-sifat asam. Pendapat Lavoiser "gugur" setelah Sir Humphry Davy menemukan bahwa asam hidrogen klorida tidak mengandung oksigen. Davy menyimpulkan, bahwa hidrogenlah yang bertanggung jawab atas sifat asam. Kemudian tahun 1814, Gay-Lussac menyimpulkan bahwa asam adalah zat yang dapat menetralkan alkali dan kedua golongan senyawa itu hanya dapat didefinisikan dalam kaitan satu dengan yang lain.
Konsep tentang asam basa yang dapat diterima dan cukup memuaskan, datang dari Svante August Arrhenius. Menurut Arrhenius "asam merupakan suatu senyawa yang dapat menghasilkan ion Hidrogen [H+] bila dilarutkan dalam air dan Basa merupakan suatu senyawa yang dapat memberikan ion Hidroksida (OH) bila dilarutkan dalam air".
a. Asam
Asam (yang sering diwakili dengan rumus umum HA) secara umum merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Dalam definisi modern, asam adalah suatu zat yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa. Suatu asam bereaksi dengan suatu basa dalam reaksi penetralan untuk membentuk garam. Contoh asam adalah asam asetat (ditemukan dalam cuka) dan asam sulfat (digunakan dalam baterai atau aki mobil). Asam umumnya berasa masam; walaupun demikian, mencicipi rasa asam, terutama asam pekat, dapat berbahaya dan tidak dianjurkan.
* macam-macam sifat asam
1. asam monoprotik
1. Asam Nitrat dalam air

HNO3 H+ + NO3

2. Asam Klorida dalam air

HCl H+ + Cl-
Berdasarkan persamaan reaksi tersebut,Setiap molekul HNO3 dan HCl hanya dapat menghasilkan 1 ion H+ disebut Valensi Asam. Asam semacam ini disebut juga asam monoprotik.

2. Asam diprotik

Asam yang setiap molekul cairnya menghasilkan 2 ion H+. Contohnya asam sulfat, H2SO4.

3. Asam triprotik

Asam yang setiap molekul cairnya menghasilkan 3 ion H+.

4. Asam poliprotik

Merupakan pengelompokan antara asam diprotik dan asam triprotik.

b. Basa

Basa merupakan suatu senyawa yang dapat menghasilkan ion Hidroksida [OH], bila dilarutkan dalam air mempunyai rasa pahit dan bersifat kaustik.
Basa adalah lawan dari asam, yaitu ditujukan untuk unsur/senyawa kimia yang memiliki pH lebih dari 7. Kaustik merupakan istilah yang digunakan untuk basa kuat. jadi kita menggunakan nama kostik soda untuk natrium hidroksida (NaOH) dan kostik postas untuk kalium hidroksida (KOH). Basa dapat dibagi menjadi basa kuat dan basa lemah. Kekuatan basa sangat tergantung pada kemampuan basa tersebut melepaskan ion OH dalam larutan dan konsentrasi larutan basa tersebut.

Pada kimia modern basa dapat menghasilkan ion Hidroksida (OH-) dengan 2 cara :

1. Senyawa Basa dalam pelarut air menghasilkan ion Hidroksida (OH-) secara langsung.

NaOH Na+ + OH-

2. Senyawa Basa yang bereaksi dengan air menghasilkan ion Hidroksida (OH-).

NH3 + H2O NH4+ + OH-

b. Teori Bronsted-Lowry

Menrut bronsted-lowry Asam ialah proton donor, sedangkan basa adalah proton akseptor.
Contoh:

1) HAc(aq) + H2O(l) ————> H3O+(aq) + Ac-(aq)
asam-1 basa-2 asam-2 basa-1

HAc dengan Ac- merupakan pasangan asam-basa konyugasi.
H3O+ dengan H2O merupakan pasangan asam-basa konyugasi.

2) H2O(l) + NH3(aq) ————> NH4+(aq) + OH-(aq)
asam-1 basa-2 asam-2 basa-1

H2O dengan OH- merupakan pasangan asam-basa konyugasi.
NH4+ dengan NH3 merupakan pasangan asam-basa konyugasi.

Pada contoh di atas terlihat bahwa air dapat bersifat sebagai asam (proton donor) dan sebagai basa (proton akseptor). Zat atau spesi seperti itu bersifat ampiprotik (ampfoter). Reaksi ionisasi air sebenarnya autoprotolisis sebagau berikut:
H2O (l) + H2O (l) → H3O+ (aq) + OH- (aq)

Sifat ampiprotik dari air dapat menjelaskan sifat asam-basa suatu zat dalam air.

Konsep asam-basa dari bronsted-lowry ini lebih luas daripada konsep asam-basa Arhenius karena :
* Konsep asam basa dari bronsted-lowry tidak terbatas dalam pelarut air, tetapi juga menjelaskan reaksi asam-basa dalam pelarut lain bahkan reaksi tanpa pelarut.
* Asam dan Basa dari bronsted-lowry, tidak hanya berupa molekul tetapi dapat juga berupa kation atau anion Konsep asam-basa bronsted lowry dapat menjelaskan, misalnya, sifat asam dari NH4Cl. Dalam hal ini, NH4Cl, yang bersifat asam adalah ion NH4+ karena dalam air dapat melepas proton.

c. Teori Asam Basa Lewis.

Lewis mendefinisikan asam dan basa berdasarkan serah terima pasangan elektron sebagai berikut:

Asam: Akseptor pasangan elektron.
Basa: Donor pasangan elektron

H3N + H+ NH4+

Dari persamaan reaksi diatas, NH3 adalah suatu basa karena memberi pasangan elektron, sedangkan ion H+ adalah suatu asam karena menerima pasangan elektron.Semua asam-basa Arrhenius maupun asam-basa Bronsted Lowry memenuhi definisi asam basa Lewis.

Konsep asam-basa Lewis, dapat menjelaskan reaksi-reaksi yang bernuansa asam-basa meskipun tidak melibatkan proton (ion H+), misalnya reaksi antara oksida basa dengan oksida asam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar