“KETOMBE DAN BUDI PEKERTI”
Sudah tidak asing lagi bagi manusia dengan kehadiran makhluk yang satu ini, sebab hampir semua orang pernah merasakan kehadirannya. Ketombe, merupakan sesuatu yang menggelitik karena ketombe hanya akan tumbuh di kepala yang berambut dan hanya tumbuh di rambut kepala. Kehadiran ketombe di rambut kepalapun, hanya melekat dibagian kulit kepala, tidak melekat pada bagian yang lain. Sehingga keberdaan ketombe yang selalu dianggap mengganggu ini, dekat denga otak manusia, sebab hanya dibatasi batok tengkorak.
Indonesia merupakan bangsa bagian timur. Yang kata trio kwek-kwek “orangnya ramah-ramah”. Yang menurut cerita orangnya berbudi pekerti tinggi, manusia bermoral. Tetapi pada kenyataannya, keadaan Indonesia tak ubahnya seperti ketombe. Perguruan tinggi di Indonesia hingga detik ini, masih belum mampu menghasilkan produk yang memiliki budi pekerti yang luhur. Terlihat dari banyaknya koruptor yang bergelar sarjana. Tidak hanya itu, sering kita mendengar kasus-kasus kekerasan yang terjadi di lembaga pendidikan, seperti STPDN dan pengeroyokan siswa oleh geng nero di Jogjakarta. Hal ini menunjukkan bahwa antara otak pandai dan cerdas tidak selalu berhubungan lurus dengan akhlak mulia. Sehingga walaupun kepala sebagai lambang kecerdasan seseorang, masih bisa ditumbuhi ketombe. Tidak hanya di lingkungan cendekiawan, rusaknya budi pekerti di Indonesia juga dapat dilihat dari seleksi penerimaan pegawai. Sudah bukan hal yang baru, jika ada berita bahwa si A berhasil menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) setelah memberikan imbalan sebesar Rp. 20.000.000,00. Dari fenomena-fenomena nyata di Indonesia ini, dapat dikatakan seakan-akan ketombe sebagai biang kerok pengganggu kepala memang harus digaruk kemudian ditata kembali agar kepala tidak berketombe lagi. Artinya bahwa segala kemrosotan moral tidak hanya bisa diselesaikan hanya dengan sekali menggebrak. Tetapi harus melalui beberapa tahapan. Sama halnya dengan menghilangkan ketombe, tidak cukup hanya sekali mengganti shampo.
Penanganan yang dapat dilakukan adalah dengan memberi pendidikan budi pekerti kepada generasi penerus bangsa. Yaitu dengan memasukkan pelajaran budi pekerti ke dalam kurikulum sekolah. Hal ini seperti pemilik rambut yang benar-benar menjaga kebersihan rambutnya agar ketombe tak hinggap di kulit kepalanya. Sudah seharusnya pendidikan di Indonesia tidak hanya menerapkan pendidikan hanya berdasarkan standar kurikulum nasional, tetapi juga harus menerapkan pendidikan moral, budi pekerti dan agama. Simak kutipan berikut yang merupakan komentar tokoh Ikal dalam novel laskar pelangi mengenai Bu Mus yang sudah seharusnya dijadikan contoh dalam penerapan pendidikan di Indonesia :
“Beliau sendiri yang menyusun silabus pelajaran Budi Pekerti dan mengajarkan kepada kami sejak dini pandangan-pandangan dasar moral, demokrasi, hukum, keadilan, dan hak-hak asasi . . . Kami diajarkan menggali nilai luhur di dalam diri sendiri agar berperilaku baik karena kesadaran pribadi. Materi pelajaran Budi Pekerti yang hanya diajarkan di sekolah Muhammadiyah sama sekali tidak seperti kode perilaku formal yang ada dalam konteks legalitas institusional seperti sapta prasetya atau pedoman-pedoman pengamalan lainnya.”(LP, hal 30-31).
Selain memasukkan pendidikan budi pekerti ke dalam kurikulum sekolah, keluarga sebagai bagian masyarakat terkecil yang dikenal oleh seorang anak, haruslah menanamkan nilai-nilai akhlak yang mulia. Hal ini dikarenakan sosialisasi pertama yang dikenal oleh anak adalah kelurga. Sehingga jika kondisi keluarganya dipenuhi dengan kekerasan, kemungkinan besar anak juga akan senang kekerasan. Apalagi, bila anak sering memperoleh tindakan kekerasan dari orang tua atau saudaranya, perilaku yang sama kemungkinan besar akan dilakukan pada lingkungan di luar keluarganya.
Sedangkan untuk menangani ketombe yang terlanjur menyebar di kulit kepala, yaitu dengan cara benar-benar memberikan perawatan intensif terhadap rambut. Mencarikan jenis shampo apa yang cocok untuk menghilangkan ketombe tersebut. maksudnya, dalam menyikapi biang keladi merosotnya moral bangsa indonesia, pemerintah haruslah tegas. Misalnya, dalam mengatasi korupsi, pemerintah harus benar-benar menghukum pelakunya dan “memendam dalam-dalam” koruptor tersebut agar tak kemabali lagi mencemari negeri ini. Kemudian mencari generasi muda yang benar-benar berbudi pekerti luhur. Membangun indonesia baru. Yang berbudi pekerti luhur. Walaupun pada awalnya harus tertatih-tatih setelah ditinggal pendahulunya. Indonesia bisa.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar